“Sakinah” Bersama PKS

Aku mengenal kader PKS sejak awal tahun 2000 memang orangnya gitu.. nggak berisik dan suka tenangan. Entah dari lahir kayak begitu atau seragam sejak jadi kader PKS jadi gitu semua.

Dulu sewaktu belum ada media sosial kader PKS sangat berhati-hati jika itu ngomongin orang lain atau kondisi-kondisi terkait dengan urusan luar “rumah tangga harian” PKS (Liqo’, daurah, rihlah, mabit itu kegiatan harian PKS).

Tapi hari ini dunia tanpa batas semua bisa diterabas dan dijangkau. Mau ngomen status presiden pun bisa, atau ngelike status capres idolanya juga bisa dengan mudah. Kader PKS nggak jadi orang pendiem lagi, padahal sudah ada “media khususnya” yakni taklimat dari qiyadah sebab informasi yang lalu lalang itu bersifat “baina shshidqi wal kadzib” (mengandung kebenaran dan kedustaan). Tapi namanya pancing dipasang terus lama-lama ikannya makan juga kalau udah lapar.

PKS melihat seluruh perkembangan terkini baik yang bernuansa politik atau sosial dan agama punya kendali pengawalan khusus melalui Bayanat (penjelasan) dan Tadzkirah (peringatan), Ta’limat (perintah yang didengarkan) dari pemimpin partainya. Agar apa..??

Agar kader PKS satu framing dalam berpikir, berkata dan bertindak itu bukan atas kemauan sendiri yang cenderung dikawal oleh syubhat dan syahwat. Tapi satu kata yang sama yakni “sam’an wa tha’atan”.

“Key word” ini barangkali berupaya dimiliki oleh kader lain selain PKS, tapi sangat butuh waktu dan perjuangan agar kalimat itu benar-benar dibuktikan. Sedangkan kader yang puluhan tahun bersama PKS masih ada yang tak sanggup untuk konsisten dengan dua kata itu apalagi kader lain yang baru beberapa tahun bermain di halaman politik. Inilah butuh pembinaan atau dididik dalam tempaan tarbiyah dan latihan-latihan (tadhribat) hidup berjamaah.

Setiap ada “gelombang” dan “keributan” kecil pemimpinnya tidak latah atau reaktif ini juga disambut oleh para kadernya yang juga terkendali. Namun sekali lagi ini adalah saringan artinya sudah dusahakan setenang mungkinpun tetap ada kader yang grasak- grusuk akhirnya ingin cari “angin luar” dan nggak terkendali.

Sabar banget ya .. PKS ini, kadang disikut lawan dibalas pakai senyum khidmat, ditikung sama kawan dibalas dengan silaturahim (40 tang), di PHP juga tetap nah..terakhir saat ditolak dari cawapres oleh koalisi padahal rekom resmi dari ulama PKS pun nggak protes malah menganggap itu rezeki.

“Kesabaran” inilah yang membuat kadernya yang nggak sabaran jadi abstein dan berbelok jalan karena memandang PKS kurang piawai dalam politik malah nyuruh jadi ormas aja yang melayani bakti sosial (ini orang kurang sopan banget sama orangtua).

Sebenarnya membuat arus bawah tenang itu tidak mudah untuk ukuran sebuah partai politik. Peristiwa legowonya PKS ini belum tentu bisa ditiru oleh kader partai lain. Mengapa bisa begitu..??

Framing kader PKS dibuat sama yakni orientasi besarnya bukan semata-mata partai tapi khidmat untuk rakyat yang tidak memperhitungkan kursi. Bila Allah beri kursi maka itu hadiah dari Allah atas kebaikannya dalam berkhidmat. Maka ketenangan para pemimpinnya yang mengerti arti sebuah keutuhan dan ummatan wahidah menjadikan kadernya tenang (ithmi’nan) bersma PKS.

Nilai baik dari hidup berjamaah ialah walau barangkali ada qararat (keputusan) dari Majelis Syura atau presiden partai yang kurang realistis tapi tetap menjadi baik selagi dalam komunitas jamaah, saling menasehati dan memperbaiki. Daripada hasil keputusan cerdas secara individu tapi diambil diluar syura (keputusan berjamaah).

Bagi yang punya status “heran akuuh” akan mengatakan, “PKS ini baik shaleh dan cerdas tapi kapan ya dikasi kesempatan memimpin..??”

Bro..n sist, ini perkara waktu saja. Sunnatullahnya PKS suatu hari akan memimpin bangsa ini kok..cuma ayo koreksi diri masing-masing apakah faktor kemenangan itu sudah dipenuhi oleh setiap individu kader PKS..?? Malah yang menjadi mudharat dan pemicu kalah itu justeru banyak dilakukan. Berbantah-bantahan, malas ibadah malam, tilawah keteteran, infaqnya sedikit, dengan saudara nggak lapang dada, nggak mau melayani orang..lah..lah gimana Allah mau kasi menang kalau kerjanya di sosmed terus tiap jam. Nggak pernah jumpa masyarakat, enggan menghidupkan Al Qur’an di tengah lingkungan malah sibuk kerja untuk dunia sendiri. Jelaskan sodara..??

Kalau kader PKS itu urusan “langit” udah selesai, maka bagi Allah mudah untuk menyelelesaikan urusan “bumi” (dana pemilu, startegi, dukungan, elektabilitas dll).

Partai dakwah ini “sensitif” dengan perkara maknawiyahnya kepada Allah, sedikit aja banyak maksiat kelar dah..bakalan ditunda menangnya lima tahun lagi. Sebaliknya, taat aja kepada Allah dan konsisten dengan sunnah Nabi Saw, penuhi syarat kemenangan dalam berjuang maka Allah akan mengantarkan langsung itu kemenangan secara cepat.

Bagi saya selalu “sakinah” bersama PKS, apapun ujiannya saya percaya dengan kapasitas pemimpin PKS tentu ada penyelesaiannya dan dipikirkan bagaimana agar partai ini menang dan dengannya menebar mashlahat ummat.

Hanya mengapa tidak diberitahukan kesemua kader..?? agar lebih mantap perjuangnnya..?
Jawabnya: Tidak semua persoalan dan tindakannya qiyadah harus diberitakan kepada kadernya sebab bisa jadi kader sendiri tidak sanggup menerima terlalu berat bebannya.

Oleh karenanya dibutuhkan taat dan tsiqah pada pemimpin. Itupun udah dapat pahala kalau ikhlas lillahi ta’alaa.

wallahualam..

By: Setiyati

Baca Juga

Corona dan Sabda Rasulullah: Kalian Lebih Mengetahui Urusan Dunia Kalian

Rasulullah pernah mendapat aduan dari para sahabat. Bukan masalah biasa, ini soal sabda beliau yang …