Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Riau telah merampungkan suksesi kepengurusannnya di tingkat wilayah pada akhir Desember 2020 yang lalu. Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PKS Riau yang sebelumnya dijabat H. Hendry Munief, MBA kini digantikan oleh Ahmad Tarmizi, Lc, MA.
Ahmad Tarmizi lahir di Pekanbaru pada 6 April 1982, anak dari pasangan Mohammad Roem (Alm) dan Asnida, keduanya berasal dari Muara Rumbai, Rokan Hulu, Provinsi Riau. Di usia yang masih tergolong milenial (38 tahun), menjadikannya dinobatkan sebagai yang termuda diantara 34 Ketua DPW PKS se-Indonesia.
Sejak kecil ia tumbuh dilingkungan yang islami. Selain di rumah, orang tuanya memilih mendidiknya melalui sekolah yang memiliki basic agama. Saat Sekolah Dasar (SD), dirinya tercatat sebagai siswa di Madrasah Ibtida’yah (MI) Al-Fattah Pekanbaru.
Setelah tamat dari MI pada tahun 1994, Ahmad Tarmizi merantau menuntut ilmu ke pulau seberang, tepatnya di Pesantren Wali Songo, Ngabar-Ponorogo, Provinsi Jawa Timur, Pesantren yang telah menghasilkan banyak lulusan ternama seperti Wakil Ketua MPR RI, Dr. Hidayat Nur Wahid dan Duta Besar Republik Indonesia di Republik Arab Mesir, Abdurrahman Mohammad Fachir.
Di Pesantren ini Ahmad Tarmizi muda menyelesaikan jenjang Sekolah Menengah Pertama (MTs, red) dan Sekolah Menengah Atas (Aliyah, red) sejak tahun 1991 hingga tahun 2000. Di sini pula ia mulai mengasah jiwa organisasinya, Ahmad Tarmizi aktif sebagai pengurus Pelajar Islam Indonesia (PII) Ngabar-Ponorogo, dan tercatat pernah menjabat Ketua Bidang Pembinaan Masyarakat Pelajar (PMP) PII.
Setelah tamat dari Pesantren Wali Songo, ia memperoleh beasiswa melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi di Universitas tertua kedua di dunia Al-Azhar Kairo Mesir yang dibentuk pada tahun 972 M, setelah Universitas University of Al-Karaouine di Maroko (sejak tahun 859 Masehi).
Bersama 90 orang putra putri terbaik indonesia yang mendapatkan beasiswa langsung dari Universitas Al-Azhar, Ahmad Tarmizi terbang ke “Negeri Piramida”. Selama empat tahun menyelesaikan pendidikan S1 nya di fakultas Ushuludin Jurusan Hadits, ia tetap aktif mengikuti organisasi bersama Pelajar Islam Indonesia (PII) Perwakilan Mesir.
Selama aktif di PII Mesir, Ahmad Tarmizi yang merupakan junior Ustadz Abdul Somad ini (beda dua tahun masuk Al-Azhar) pernah diamanahkan menjadi Ketua Bidang Internal PII Mesir dari tahun 2002 hingga 2004. Ia juga aktif sebagai pengurus di Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia di Mesir (PPMI) dan pernah menjabat sebagai Sekretaris Jendral.
Selain itu, Ahmad Tarmizi juga memiliki pekerjaan sebagai Direktur Lembaga Bimbingan Belajar Asy-Syathibi Center di Kairo, Mesir pada tahun 2006 hingga 2009. Sehingga, berbekal pengalaman organisasi dan pekerjaanya tersebut, ia memiliki relasi yang cukup luas dengan para tokoh, mahasiswa dan masyarakat yang ada di Mesir maupun Indonesia.
Seusai lulus dari Al-Azhar Mesir, Ahmad Tarmizi kembali ke Indonesia dan mengabdikan diri sebagai guru di sekolah dan mubaligh. Selama di Indonesia inilah dirinya banyak berinteraksi dengan kader-kader PKS. Kemudian, tidak lama setelah itu, untuk mempertajam kazanah keilmuannya, dengan tekad yang bulat, ia kembali terbang ke Mesir melanjutkan pendidikan Pasca Sarjana (S2) di kampus yang sama.
Walau berada di Mesir, ternyata ia tetap bisa bertemu dan berinteraksi dengan kader PKS yang ada di sana, bahkan aktif menjadi pengurus partai PKS perwakilan Mesir. Puncaknya ketika dirinya diamanahkan menjadi Ketua Pusat Informasi dan Pelayanan (PIP) PKS Mesir periode 2010-2015.
Selama menjabat menjadi ketua PIP PKS Mesir, banyak peran aktif dan kegiatan yang ia lakukan untuk membantu Warga Negara Indonesia (WNI) yang ada di Mesir, mulai dari sinergi dengan Kedutaan Republik Indonesia (KBRI), wadah sharing informasi, edukasi pendidikan, hingga layanan bantuan.
Ahmad Tarmizi menceritakan, salah satu contoh pelayanan yang dilakukannya bersama pengurus PIP PKS Mesir yaitu ketika terjadi revolusi Mesir pada tahun 2011 silam, ia dan pengurus memilih menjalankan fungsi pelayanan (khidmatul ummah) dengan membantu semaksimal mungkin proses evakuasi WNI yang ada di Mesir.
Hal tersebut mereka lakukan sesuai dengan intruksi pimpinan PKS yang ada di Indonesia sebagai mitra koalisi pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Di mana saat itu SBY telah menggulirkan program evakuasi WNI, program ini dikoordinir oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kairo dan Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) di Mesir, karena khawatir atas keselamatan WNI.
“Pelayanan yang kami berikan berupa memberikan informasi tentang evakuasi WNI, mengangkat barang (koper) di bandara, antar jemput WNI dari rumah – kantor konsuler KBRI hingga ke bandara, pengurusan visa di imigrasi Mesir dan mendata WNI yang membutuhkan bantuan,” ungkapnya mengisahkan.
Dikatakannya, selama menempuh kuliah dan aktif berorganisasi, banyak pelajaran dan hikmah yang didapatnya, terutama dalam menyikapi berbagai persoalan. Di Mesir juga ia menggenapkan separuh agamanya dengan menikahi seorang gadis yang juga kuliah di kampus Al-Azhar. Dari pernikahannya dengan Salmah Lestari, Lc tersebut, saat ini mereka dikaruniai 2 anak.
Akhirnya pada tahun 2015 ia berhasil menyelesaikan pendidikan S2 nya. Kemudian, setelah kembali ke Indonesia, Ahmad Tarmizi yang telah menyandang gelar Lc. MA tersebut memilih mengabdikan diri di jalur pendidikan sebagai dosen di salah satu Universitas di Riau. Ahmad Tarmizi juga aktif sebagai mubaligh memberikan ceramah agama di majelis-majelis taklim dan masjid.
Hingga, pada Musyawarah Wilayah (Muswil) PKS Riau yang ke-V dirinya masuk menjadi salah satu kandidat dari 9 calon pimpinan DPTW PKS Riau, pada akhirnya nama Ahmad Tarmizi terpilih menjadi Ketua DPW PKS Riau masa bakti 2020 – 2025.